Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.
DokterSehat.Com – Setiap orang pasti pernah mengalami parastesia atau biasa kita kenal dengan istilah ‘kesemutan’. Kondisi ini lazimnya terjadi di area tangan dan kaki, dan kerap disertai rasa nyeri. Parestesia atau kesemutan dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor, dari yang sifatnya ringan hingga serius sekalipun. Lantas, apa penyebab parestesia? Apa ciri dan gejala parestesia? Bagaimana cara mengobati parestesia?
Apa Itu Parestesia?
Parestesia adalah kondisi di mana tubuh, tepatnya di area tangan dan kaki, mengalami sensasi panas, seperti tertusuk jarum, dan mati rasa atau kebas. Parestesia (kesemutan) umumnya muncul secara tiba-tiba, dengan atau tanpa disertai rasa nyeri. Parestesia ada yang sifatnya sementara (temporer), dan kronis.
Parestesia sementara (temporer) adalah kondisi kesemutan yang paling umum dialami oleh semua orang. Seperti namanya, parestesia ini hanya terjadi selama beberapa saat dan akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu dilakukan penanganan khusus. Hal ini berbeda dengan parestesia kronis, di mana parestesia ini merupakan pertanda dari suatu penyakit sehingga diperlukan penanganan medis guna menyembuhkannya.
Penyebab Parestesia
Secara garis besar, adanya gangguan atau trauma pada jaringan saraf tubuh menjadi penyebab parestesia. Pada parestesia atau ‘kesemutan’ temporer, hal ini disebabkan oleh adanya tekanan pada saraf, atau sirkulasi darah yang terhambat. Duduk bersila atau tidur dengan kepala bertumpu pada satu tangan adalah contoh kasus yang menjadi penyebab parestesia.
Sementara itu, penyebab parestesia kronis bisa karena adanya gangguan saraf yang cukup serius dan membutuhkan penanganan medis khusus guna menngobatinya. Gangguan saraf tersebut lantas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Neuropati
Neuropati adalah kondisi di mana terjadi kerusakan pada sistem saraf. Hal ini utamanya terjadi pada mereka yang menderita gula darah tinggi (hiperglikemia). Munculnya parestesia atau ‘kesemutan’ kronis adalah salah satu gejala dari neuropati, selain gejala-gejala lainnya seperti kelumpuhan (paralisis).
2. Radikulopati
Selain neuropati, penyebab parestesia kronis lainnya adalah radikulopati.
Radikulopati adalah kondisi di mana sistem saraf mengalami tekanan, peradangan (inflamasi), dan iritasi. Kondisi ini rentan dialami oleh mereka yang menderita:
- Penyempitan saluran saraf tulang belakang
- Hernia nuklous pulposus atau ‘saraf terjepit’
- Benjolan pada saraf tulang belakang
Sementara itu, radikulopati yang terjadi pada area leher (servikal) menjadi penyebab parestesia yang menyerang area leher itu sendiri, pun lengan bagian atas. Sedangkan radikulopati yang menyerang area pinggang (lumbal) berimbas pada terjadinya kesemutan dia area paha hingga kaki. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka yang terjadi adalah melemahnya kaki akibat penekanan yang terjadi pada saraf skiatik.
Selain 2 (dua) penyebab utama parestesia kronis di atas, faktor-faktor lainnya yang menjadi penyebab parestesia adalah:
- Cedera saraf
- Stroke
- Multiple sclerosis
- Rheumatoid arthritis
- Carpal tunnel syndrome
- Gangguan autoimun
- Diabetes
- Gangguan hati (liver)
- Gangguan ginjal
- Hipotiroidisme
- Kelainan sumsum tulang belakang
- Tumor otak
- Penyakit lyme
- HIV
- Kekurangan vitamin B1, B6, B12, E
- Kelebihan vitamin D
- Kemoterapi
- Konsumsi alkohol
Ciri dan Gejala Parestesia
Parestesia atau ‘kesemutan’ ditandai oleh sejumlah ciri dan gejala. Adapun ciri dan gejala parestesia meliputi:
- Mati rasa atau kebas
- Sensasi seperti tertusuk-tusuk jarum
- Sensasi terbakar
- Bagian tubuh yang kesemutan terasa kaku
- Tubuh terasa lemah
Ciri atau gejala parestesia di atas terjadi pada area tubuh yang mengalaminya, dalam hal ini seperti tangan dan kaki. Pada parestesia temporer, gejala-gejala tersebut akan hialng dengan sendirinya setelah beberapa saat. Lain halnya dengan parestesia kronis, di mana kesemutan bisa berlangsung lama dan sering sehingga memerlukan penanganan medis.
Diagnosis Parestesia
Apabila parestesia berlangsung cukup lama dan sering, maka sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter guna memastikan apa penyebab parestesia tersebut. Dokter akan melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan diagnosis yang terdiri dari:
1. Anamnesis
Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien berkaitan dengan keluhan yang dialami:
- Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
- Apakah pernah mengalami kondisi ini sebelumnya? Jika ya, seberapa sering?
- Punya riwayat penyakit?
- Aktivitas apa yang dilakukan sehari-hari?
- Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini?
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien, terutama pada organ bagian dalam yang berkaitan dengan kondisi parestesia tersebut.
3. Pemeriksaan Penunjang
Guna memastikan diagnosis penyebab parestesia, dokter akan melaksanakan prosedur pemeriksaan penunjang, yang meliputi:
- Pemeriksaan neurologis, yakni memeriksa sistem saraf perfier secara menyeluruh guna mengidentifikasi bagian saraf yang mengalami gangguan
- CT Scan atau MRI, bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada leher dan tulang belakang
- Tes darah, meliputi pengambilan sampel darah dan cairan serebrospinal
Pengobatan Parestesia
Cara mengobati parestesia tentu harus disesuaikan dengan penyebab parestesia itu sendiri. Apabila parestesia merupakan gejala dari suatu penyakit saraf, maka mengobati penyakit tersebut adalah satu-satunya cara untuk menghilangkan kesemutan yang diderita.
Sayangnya, pada kasus parestesia kronis, kesemutan tidak serta merta hilang begitu saja, bahkan ada kemungkinan kondisi ini kembali muncul di kemudian hari. Pasalnya, saraf yang telah rusak tidak dapat diperbaiki seutuhnya.
Namun jangan berkecil hati. Setidaknya ada cara yang bisa dilakukan guna meredakan gejala parestesia agar tidak mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, yaitu dengan mengonsumsi obat-obatan seperti:
- Antidepresan trisiklik, berfungsi untuk menghilangkan rasa nyeri yang mungkin ditimbulkan
- Kortikosteroid, berfungsi untuk mengatasi peradangan (inflamasi) dan nyeri
- Fenitoin, gabapentin, pregabalim, berfungsi sebagai anti-kejang
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwasanya obat-obatan tersebut memiliki sejumlah efek samping, yaitu:
- Rasa kantuk
- Mulut kering
- Infeksi sendi
- Nyeri
- Kerusakan urat saraf
- Mual
- Pusing
- Gangguan seksual
Ada baiknya untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter terkait sebelum menggunakan obat parestesia di atas. Selain itu, pengobatan parestesia juga bisa dengan melakukan operasi bedah untuk menghilangkan kompresi urat saraf.
Pencegahan Parestesia
Pada kasus parestesia sementara (temporer), cara mencegah agar kondisi yang sangat mengganggu ini tidak menimpa Anda adalah dengan:
- Menghindari posisi tubuh yang memicu saraf tertekan, seperti duduk bersila terlalu lama atau tidur dengan kepala bertumpu pada tangan
- Menghindari gerakan tubuh berulang
- Selingi aktivitas duduk atau tidur dengan bangun dan melakukan gerakan ringan
- Penuhi asupan nutrisi dan vitamin yang baik untuk saraf
- Istirahat yang cukup
Itu dia informasi mengenai parestesia (kesemutan) yang penting sekali untuk Anda ketahui, mengingat kondisi ini sudah pasti dialami. Semoga bermanfaat!
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
0 komentar:
Posting Komentar