Rabu, 15 Mei 2019

Irritable Bowel Syndrome (IBS): Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

irritable-bowel-syndrome-doktersehat

DokterSehat.Com – Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan kronik pada saluran pencernaan. IBS sendiri bisa hilang dan kemudian timbul lagi dengan begitu saja hingga jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.

Penyebab Irritable Bowel Syndrome

Hingga saat ini penyebab Irritable Bowel Syndrome (IBS) belum diketahui dengan pasti, namun banyak penelitian mengaitkan IBS dengan sistem saraf. Seseorang yang menderita penyakit IBS memiliki usus besar yang bereaksi dengan sangat kuat terhadap sinyal dari otak.

Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin dapat memicu penyakit irritable bowel syndrome adalah:

1. Genetik

Irritable bowel syndrome mungkin lebih sering terjadi pada mereka yang memiliki riwayat penyakit dalam anggota keluarga.

2. Pola dan cara mengonsumsi makanan

Apabila  Anda mengonsumsi makanan terlalu cepat atau terlalu lambat dicerna di saluran pencernaan, hal itu bisa menimbulkan konstipasi atau diare. Sementara itu, makanan atau minuman tertentu yang sulit untuk dicerna, contohnya yang makanan dengan kadar lemak, asam, gula atau karbohidrat yang tinggi.

3. Masalah psikologis

Penyakit IBS juga bisa disebabkan oleh stres, kecemasan dan depresi.

4. Masalah hormon

Irritable bowel syndrome bisa terjadi akibat perubahan hormon seperti siklus menstruasi. Perubahan kadar hormon atau zat kimia di dalam tubuh berperan untuk mentransmisikan sinyal-sinyal saraf.

5. Infeksi saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan seperti salmonella atau adanya perubahan kondisi bakteri normal di dalam usus kecil.

Gejala Irritable Bowel Syndrome

Gejala IBS lebih sering terjadi pada wanita muda yang berusia di bawah 50 tahun. Saat kambuh, Irritable bowel syndrome bisa terjadi selama beberapa hari atau terjadi selama beberapa bulan.

Gejala irritable bowel syndrome meliputi:

  • Kram perut atau nyeri.
  • Kembung.
  • Perut serasa dipenuhi gas.
  • Kebiasaan buang air besar (BAB) berubah, sering berganti dari diare menjadi sembelit.
  • Perubahan frekuensi atau konsistensi tinja.
  • Gangguan (perut kembung).
  • Keluarnya lendir dari rektum.
  • Distensi abdomen.
  • Kehilangan selera makan.

Jika seseorang mengalami irritable bowel syndrome di mana gejala yang dialaminya disertai dengan penurunan berat badan tanpa sebab, sesak napas, berdebar-debar, terdapat benjolan pada perut atau buang air besar berdarah, maka Anda harus segera berkunjung ke dokter.

Diagnosis Irritable Bowel Syndrome

Seseorang yang menderita irritable bowel syndrome dicurigai oleh dokter ketika mengeluhkan masalah pada pencernaan yang sudah berlangsung setidaknya selama tiga bulan.

Beberapa pemeriksaan lanjutan biasanya dilakukan dokter, di antaranya:

1. Sampel tinja

Pemeriksaan tinja diperlukan untuk melihat adanya infeksi bakteri atau parasit.

2. Tes darah

Tes darah bertujuan guna mengetahui apakah terdapat kondisi lain yang memiliki gejala sejenis, seperti penyakit intoleransi laktosa atau celiac.

3. Pencitraan dan endoskopi

Diagnosis irritable bowel syndrome lainnya adalah dengan Rontgen atau CT scan. Selain itu, cara lain yang bisa digunakan adalah endoskopi, yaitu memasukan selang berkamera melalui mulut atau dubur untuk melihat keadaan saluran pencernaan, dan medeteksi kemungkinan infeksi atau struktur lainnya.

Selain beberapa di atas, kombinasi penggalian riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan yang dipilih dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis Irritable Bowel Syndrome. Tidak ada pemeriksaan darah saja atau rontgen sinar-X saja yang dapat mengonfirmasi diagnosis IBS.

Penanganan Irritable Bowel Syndrome

Penanganan rumahan untuk IBS termasuk menghindari makanan tertentu yang memicu atau memperburuk diare, menghindari makanan yang membuat kembung dan gas seperti sayuran cruciferous (misalnya kembang kol, wasabi, kangkung, dan brokoli), dan kacang polong (misalnya kacang hitam, edamame, kacang kedelai, dan kacang fava).

Penanganan mandiri lainnya yang bisa dilakukan di rumah untuk meringankan gejala IBS yaitu menambahkan serat ke dalam makanan, minum banyak air, menghindari soda, makan dengan porsi makanan yang lebih kecil, dan mengonsumsi makanan rendah lemak dan makanan berkarbohidrat tinggi.

Berikut adalah beberapa cara lain mengatasi Irritable Bowel Syndrome yang bisa Anda lakukan, di antaranya:

1. Rutin berolahraga

Penanganan irritable bowel syndrome yang paling mudah adalah dengan berolahraga. Olahraga seperti senam aerobik atau bersepeda, dapat meningkatkan pergerakkan usus dan mengurangi tingkat stres.

2. Menurunkan tingkat stres

Selain olahraga yang dipercaya dapat mengatasi irritable bowel syndrome, aktivitas baik lainnya yang bisa Anda lakukan adalah melakukan pijatan dan meditasi untuk mengurangi stres. Jika cara ini belum mengatasi keluhan, Anda bisa melakukan psikoterapi.

3. Mengonsumsi probiotik

Konsumsi suplemen probiotik diperlukan untuk membantu menyehatkan sistem pencernaan dari masalah irritable bowel syndrome. Probiotik dapat mengembalikan keseimbangan bakteri di dalam usus.

4. Mengonsumsi obat-obatan

Beberapa obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita IBS:

  • Pencahar.
  • Suplemen serat.
  • Antidiare (contoh: loperamide).
  • Antidepresan trisiklik (contoh: amitriptyline).
  • Antikolinergik (contoh: hyoscine butylbromide).

Sementara itu, obat baru untuk irritable bowel syndrome dengan diare (subtipe IBS yang disebut IBS-D) juga sedang dikembangkan atau sedang dalam uji klinis. Obat yang paling menjanjikan meliputi:

  • Penghambat sintesis serotonin dapat membantu mengurangi rasa sakit dan memperbaiki konsistensi tinja.
  • Ramosetron, mirip dengan alosetron (Lotronex). Obat ini dilaporkan meringankan gejala dengan sedikit sembelit.
  • Penyerap karbon sferikal membantu mengatasi rasa sakit dan kembung jangka pendek, namun tidak ada peningkatan konsistensi tinja.
  • Modulator reseptor Benzodiazepin (dextofisopam) memiliki potensi untuk mengurangi motilitas kolon dan reaksi sensitivitas usus sebagai respons terhadap stres.
  • Peripheral k-agonist (asimadoline, agonis kappa-opioid) dalam uji klinis dan menunjukkan berkurangnya frekuensi nyeri, urgensi dan tinja.

Hal penting yang harus diwaspadai adalah segera berkunjung ke dokter apabila terjadi perubahan buang air besar secara terus menerus atau jika Anda memiliki beberapa gejala IBS seperti yang dipaparkan sebelumnya.

Karena irritable bowel syndrome adalah penyakit kronis (jangka panjang), gejala yang muncul biasanya kembali dari waktu ke waktu. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh diet, stres atau lingkungan.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 komentar:

Posting Komentar